Perlukah Oerlikon Skyshield 35mm untuk Lantamal TNI-AL?

 

        Tentara Nasional Indonesia khususnya Matra Udara diketahui telah mengadopsi sistim pertahanan udara jarak pendek / SHORAD (Short Range Air Defense) Oerlikon Millenium Sky Shield. Oerlikon merupakan Sistem Pertahanan Udara yang dapat di-deploy secara mobile untuk target udara jarak dekat. Satu Baterai Firing Unit (FU) terdiri 1 (satu) Buah Control Unit (untuk Sensor, Optical Sight dan Command Post)  2 (dua) buah senjata Revolver Gun Mk2 & serta sampai 4 (empat) Chiron MANPADS. 

Credit : tni-au.mil.id

        Oerlikon Skyshield memiliki kombinasi sensor, efektor, dan teknologi komando yang sangat efektif. Dengan munisi 35mm yang dimuntahkannya, dapat menghancurkan target udara yang terbang rendah pada jarak dekat. TNI AU sendiri melalui Kemenhan RI sebelumnya telah mempersenjatai KopasgatTNI AU dengan 4 FU Oerlikon Skyshield pada tahun 2014, dan menambah 3 FU pada tahun 2020 ini. Oerlikon Skyshield ini, ditujukan untuk pengamanan aset udara milik TNI AU dan pada operasionalnya diserahkan kepada Denhanud Paskhas.

Credit : tni-au.mil.id

            Pada perang Rusia-Ukraina, kita dapat melihat ancaman udara telah berkembang dari rudal jarak jauh yang berkecepatan tinggi, menjadi drone terbang rendah yang dimodifikasi dengan bahan peledak. Tidak seperti penggunaan rudal balistik yang targetnya harus diseleksi terlebih dahulu, Drone dapat digunakan untuk menyasar seluruh target musuh, baik tank, panser, pertahanan udara maupun untuk mengeliminasi personel. Drone yang diproduksi dengan harga rendah, tidak sebanding dengan penangkis serangan udara berjenis rudal berpemandu, baik dari segi harga maupun segi jumlah produksi. Pertahanan Udara jarak pendek berjenis kanon menjadi solusi bagi alat pertahanan untuk menghalau serangan Drone, selain karena lebih ekonomis, sekaligus juga menjadi senjata yang paling efektif untuk menangkis serangan Drone yang terbang dan berkecepatan rendah.

        Seperti kita ketahui, aset militer bernilai tinggi tidak hanya dimiliki oleh Angkatan Udara. Angkatan Laut dalam hal ini perlu dibekali aset pertahanan udara untuk menghalau serangan yang masif dan tidak terduga. Dalam hal ini di skenario-kan apabila terjadi serangan pada saat kapal bersandar di Lantamal, mampukah pertahanan udara Angkatan Laut khususnya Arhanud Marinir menangkis ancaman udara saat ini? Ancaman ini tentu bukan isapan jempol belaka, beberapa bulan kebelakang kita pun melihat penghancuran kapal perang dan kapal selam Rusia yang sedang bersandar di dermaga, dan ini menjadi kerugian yang serius bagi Armada Rusia.


         Kita berharap, kedepan TNI Angkatan Laut khususnya Korps Marinir dapat mengadopsi sistim pertahanan udara serupa. PSU Kanon Oerlikon Skyshield 35mm untuk pertahanan statis 14 Lantamal yang tersebar diseluruh Indonesia. Hal ini merupakan langkah awal konsep pertahanan udara berlapis yang kita harapkan akan diadopsi oleh TNI. Selain karena sudah mendapatkan cap Repeat Order dari Kementrian Pertahanan, pengakusisian alutsista yang sejenis dapat memudahkan pemeliharaan suku cadang serta meningkatkan commonality antar matra. 

Dislokasi Lantamal TNI-Angkatan Laut

        Apabila Kemenhan belum mampu untuk memenuhi SHORAD untuk 14 Lantamal, dapat diprioritaskan pengadaan untuk beberapa Lantamal berikut :

1.    Lantamal Surabaya yang berada dibawah Koarmada II

2.    Lantamal Jakarta yang berada dibawah Koarmada I

3. Lanal Balikpapan yang akan ditingkatkan statusnya menjadi Lantamal sebagai penyangga pertahanan IKN.

Ketiga Lantamal tersebut mendapatkan prioritas karena merupakan Lantamal terbesar dan tersibuk tempat singgahnya kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut seperti Lantamal Surabaya serta disisi lain memiliki nilai strategis yang tinggi.

        Berdasarkan nilai kontrak pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia menggelontorkan 113 juta euro untuk pengadaan 6 unit Firing Unit Oerlikon Skyshield, itu berarti nilai pengadaan per-unit sekitar 18 Juta Euro atau sekitar Rp. 234.000.000.000 per Firing Unit. Akan tetapi, nilai pengadaan pada tahun 2014 tidak bisa menjadi patokan karena tiap kontrak memiliki spesifikasi khusus seperti pada pengadaan Oerlikon Skyshiled batch-2 pada tahun 2020 terdapat sedikit perbedaan terutama penambahan Identification Friend or Foe (IFF) pada Sensor Unit sehingga dapat menginterogasi target yang terdeteksi oleh Radar.

Sistem Targeting Oerlikon Skyshield

Semoga pada renstra pertahanan 2024-2029 terdapat angin segar bagi pertahanan udara untuk TNI-AL. Akan menjadi kerugian besar dan sia-sia manakala kapal-kapal perang kita hancur sebelum dapat melaut. (Hasan)




Credits :

https://www.kemhan.go.id/puslaik/2020/12/07/rangkaian-sertifikasi-oerlikon-skyshield-air-defence-system-buatan-rheinmetall-air-defence-ag-swiss.html

https://www.kemhan.go.id/itjen/2015/08/24/tni-al-resmi-miliki-14-lantamal.html#:~:text=Secara%20keseluruhan%2C%20TNI%20AL%20akhirnya,tersebar%20di%20seluruh%20wilayah%20Indonesia.

https://tni-au.mil.id/berita/detail/mentracking-dan-menembak-jatuh-pesawat-heli-tempur-musuh


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terkuak! Ini daftar Renstra TNI-AL sampai tahun 2044

Mengintip Kecanggihan Kapal OPV Terbaru Milik TNI-AL